Setapak manusia hidup
anak-anak yang menangis
ada yang bahagia, ada pula yang duka.
Gumpalan emosi
karena takdir enggan menyenja.
Ada kalanya, embun dini menjelma rindu.
Ketika lirik Ismail berkumandang
"disana tanah air beta. Tempat berlindung sampaihari-hari menua."
Kini, lirik itu poranda.
Di hantam kepentingan tak ujung.
Hanya di sepanjang jalan ini, jalan trotoar,
ketemukan orang tua yang sia-sia hidupnya.
Ada yang mengemis
ada yang tergusur
terhunus dan terdampar.
Hingga sisa-sisa nafasnya berucap,
"jaga tanah airmu nak.
Jaga ibumu.
Jaga jasad-jasad keluargamu.
Tanah inilah segala hidup mereka."
Kenanglah aku dalam doa.
Kota Semarang, 23 November 2021.
Arif Hidayat.
comment 0 Comments
more_vert