MASIGNASUKAv102
6510051498749449419

Degradasi Intelektual Mahasiswa Pergerakan

Degradasi Intelektual Mahasiswa Pergerakan
Add Comments
Jumat, 19 Juli 2024

(lustrasi : AI)

Kedudukan mahasiswa sangatlah erat dengan ilmu pengetahun, mahasiswa merupakan bagian elemen masyarakat yang menjadi ujung tombak dari kualitas masyarakat itu sendiri, dengan mengenyam pendidikan mahasiswa tentunya memiliki pemikiran dan sikap yang berbeda dengan lapisan masyarakat lainnya yang belum dapat mengakses pendidikan lebih lanjut, dan dengan bertambahnya pengetahuan tentu seharusnya peka serta dapat memahami problematika yang terjadi pada masyarakat serta mampu menjadi garda terdepan untuk menganalisis dan mencari solusi melalui pengetahuannya.

 Status seorang intelektual tentunya harus memiliki sikap yang berbeda karena pada dasarnya seseorang yang mengetahui suatu kebenaran dan melihat ketidakselarasan dengan apa yang diketahui. Maka itu menjadi hal yang meresahkan bagi kaum intelektual, kerena kaum intelektual memiliki pengetahuan yang lebih serta mampu melihat realitas yang ada. Mahasiswa semestinya cenderung berfikir kritis serta tidak mudah menerima suatu hal dengan tanpa melakukan analisis yang mendalam melalui keilmuannya, menjadi mahasiswa pergerakan yakni menjadi seorang ulul albab atau haus akan ilmu pengetahuan yang di mana rasa kepenasarannya terhadap pengetahuan atau suatu hal sangatlah mendalam, sehingga dengan pemikiran yang mendalam mahasiswa dapat menemukan suatu permasalahan dan mengemukakan gagasannya yang akan menjadi solusi bagi suatu masyarakat. Mengingat dalam sejarah perubahan tatanan kepemerintahan revolusi, reformasi, dan perubahan lainnya diawali oleh gerakan kaum intelektual yang mampu menggali informasi secara mendalam dan menganalisis suatu permasalahan sehingga muncullah suatu gagasan yang dapat menjadi solusi peroblematika masyarakat.

Kini bentuk idealisme mahasiswa, pergerakan/aksi mahasiswa, perjuangan mahasiswa, hanya menjadi jargon semata melihat relaitas yang ada sudah banyak kasus yang terjadi 4 tahun belakang terakhir kita melihat fenomena yang baru, di mana kini kaum kaum intelektual terkekang arah geraknya dalam menggali suatu pengetahuan dan dibatasi gerakannya, banyaknya kaum akademisi yang dicopot dari jabatannya dengan alasan yang tidak masuk akal atau tidak memiliki alasan yang pasti terkait pelanggarannya terhadap sektor akademisi. Namun, kini yang terjadi mahasiswa tidak dapat memahami problematika yang ada melainkan masih seperti menerka-nerka dalam kabut yang tak memiliki arah yang di mana seakan mahasiswa sudah tidak memiliki kemampuan intelgensi dalam menganalisi suatu permasalahan. Berbagai organisasi mahasiswa kini sudah kehilangan citra dirinya sebagai kaum intelektual yang mengkritisi atas kebijakan atau keadaan sosial yang ada, banyak dari kalangan mereka bergerak tanpa tahu arah pergerakannya. Bisa kita sebut sebagai mahasiswa domba yang mampu digiring bagaimana saja tanpa mengetahui arah yang jelas, yang di mana mahasiswa seharusnya mampu menganalisis arah geraknya sendiri melalui keilmuan yang ia miliki.

Kini banyak gerakan mahasiswa yang dipelopori oleh sebagian golongan yang memiliki kepentingan, bahkan jika di analisis secara mendalam sudah sangat jarang sekali gerakan aksi mahasiswa yang tidak ditunggangi kepentingan suatu golongan. Hal ini mungkin masih tabu dan belum dapat diteliti secara mendalam. Namun, jika kita mengikuti aksi aksi perhari ini sangat sering ditemui pemberian reward atas aksinya, dan banyak permintaan tersebut menjadi rahasia umum yang seringkali ditemui dan dianggap lumrah. Hal tersebut masih salah satu contoh dari bentuk degradasi intelektual. Kini mahasiswa malah kembali pada era yang di mana gerakannya berlandaskan asumsi belaka dan dapat digiring opininya melalui dogma. Banyaknya kerusakan ini tidak lain karena disebabkan oleh degradasi intelektual, degradasi intelektual ini bukan lagi di sebabkan oleh defisit gagasan, melainkan hal tersebut terjadi karena defisit bacaan, di mana minat baca sangatlah rendah dan mahasiwa yang seharusnya merupakan representatif dari elemen masyarakat yang terus membaca dan menggali pengetahuan kini sudah tidak berbeda jauh dengan masyarakat yang tidak berpendidikan yakni malas untuk mencari ilmu pengetahuan dan mencari tahu.

Mahasiswa kini juga terdistraksi arus informasi yang tidak dapat dipertanggung jawabkan validitasnya. Mereka cenderung menerima informasi secara mentah dan meciptakan budaya fomo. Menurut Ahmad Tohari dalam bukunya yang berjudul Orang Orang  Proyek  sekarang mahasiswa cenderung berfikir pragmatis, sehingga orang orang idealis dan orang berintelektual terlihat aneh, lucu, dan bahkan terlihat bodoh, yang dirasa orang idealis adalah orang yang merepotkan dirinya sendiri, anggapan ini terbentuk karena sudah sangat jarang ditemuinya mahasiswa yang sesungguhnya dan sudah didominasi oleh orang orang pragmatis. Secara keseluruhan, terdapat perubahan intelektual yang ditandai dengan penurunan jumlah karya ilmiah yang dihasilkan serta penurunan pemahaman dan aktivitas intelektual. Mahasiswa menjadi enggan untuk berbeda pendapat, berdebat, bersaing, dan berambisi untuk maju. Atmosfer nilai-nilai ini menyebabkan kampus menjadi lebih statis, tanpa adanya inovasi baru dari para intelektual untuk menemukan teori-teori baru. Dalam hal pemahaman dan gagasan, mahasiswa cenderung diam, enggan berorasi, turun ke jalan, atau memperjuangkan kepentingan rakyat. Akibatnya, peran mereka dalam perubahan dipertanyakan, dan orang bertanya-tanya, ke mana perginya mahasiswa?

Penulis : Muhammad Fatkhurrokhman

Editor : Asy Syifa Nabila